Bertujuan untuk mengetahui komposisi, kelimpahan dan indeks biologi plankton selama percobaan di tambak. Bahan dan Metode Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan 2 petak tambak masing-masing ukuran luas ±1,0 ha. Hewan uji udang windu dalam bentuk tokolan berukuran PL 42 (0,10-0,15 g/ekor) ditebar dengan. 2.1 Biologi udang windu Udang windu (Panaeusmonodon Fab.) memiliki sifat-sifat dan ciri khas yang membedakannya dengan udang-udang yang lain. Udang windu bersifat Euryhaline, yakni secara alami bisa hidup di pn yaerairang berkadar garam dengan rentang yang luas, yakni 5-45‰. Kadar garam ideal untuk pertumbuhan udang windu adalah 19-35 ‰. PENERAPAN BEST MANAGEMENT PRACTICES (BMP) PADA BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon Fabricius) INTENSIF DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA BALAI BESAR PENGEMBANGAN BUDIDAYA AIR PAYAU JEPARA 2007 TIM PENYUSUN Penanggung Jawab Dr. Sc Penyusun Ir. Zaenal Arifin, M. Darmawan Adiwidjaya Ir. Ujang Komarudin, M. Abidin Nur, M. Adi Susanto, M. Arief Taslihan, M. Kade Ariawan Ir. Maskur Mardjono Erik Sutikno, SP Supito, S. Timon and pumba dvd. Syahrul Latief, M. Si Editor Ir. Zaenal Arifin, M. Coco Kokarkin, M. Tri Prasetyo Priyoutomo KATA PENGANTAR Perkembangan budidaya udang windu kini dihadapkan pada suatu kondisi yang kurang menggembirakan. Rangkaian kegagalan yang diakibatkan oleh kombinasi berbagai faktor memerlukan solusi dan jalan keluar yang komprehensif; dengan melibatkan multi-disiplin ilmu dan keahlian untuk bekerja secara sinergis. Di samping it dalam era perdagangan global dewasa ini, proses produksi perikanan budidaya –dalam hal ini udang tambak– mesti memenuhi kriteria food safety yang telah disepakati oleh masyarakat dunia; baik menyangkut hazard analysis (HACCP), Best Management Practices (BMP), hingga persyaratan ramah lingkungan (environmental controls). Walaupun udang windu merupakan komoditas unggulan bagi sektor perikanan budidaya, namun harus diakui bahwa kemajuan teknologi tambak udang di Indonesia hampir selalu tertinggal, berbagai permasalahan dan kendala yang terus merebak lebih cepat. Akibatnya budidaya udang windu menjadi terpuruk dan tidak mudah untuk bangkit kembali. Semakin besarnya beban pencemaran di wilayah pantai, merebaknya berbagai jenis penyakit hingga faktor sosial-ekonomi yang tidak kondusif, semakin menempatkan usaha budidaya udang pada posisi yang kian labil. Tidak kurang dari 80% lahan tambak udang yang pada era tahun 80-an sangat produktif, kini menjadi lahan kosong, atau dialihkan menjadi tambak garam tradisional. Beberapa konsep teknologi tambak udang telah dikaji oleh BBPBAP Jepara atau pihak lain yang berkompeten. Namun perlu diakui bahwa tidak mudah menyebarkan teknologi tersebut secara utuh kepada petambak dengan kondisi lahan, sosial ekonomi, dan karakeristik petambak yang sangat variatif. Upaya diseminasi yang diprogramkan untuk mempercepat penyebaran teknologi seringkali terkendala oleh faktor teknis dan non-teknis, sehingga upaya pembaruan prosedur operasional budidaya merupakan suatu pilihan yang harus dilakukan. Standard Operational Procedures (SOP) ini disusun berdasarkan pengalaman teknis BBPBAP di berbagai tempat dalam beberapa tahun terakhir. Buku ini juga dilengkapi dengan berbagai informasi dari para pakar dalam dan luar negeri. Standar ini dapat dipergunakan sebagai rujukan pengembangan teknologi budidaya udang dengan pola intensif, atau juga tingkatan teknologi yang lebih rendah seperti pola semi intensif. Kami menyadari bahwa masih ada bagian-bagian yang terlewatkan atau tidak sempurna. Untuk itu saran dan masukan akan kami terima dengan baik.
0 Comments
Leave a Reply. |